Pengertian, Kondisi Optimum, dan
Karakteristik Trichoderma
Trichoderma
spp. merupakan cendawan antagonis yang banyak terdapat di tanah dan digunakan
untuk mengendalikan patogen tanah. Trichoderma
spp. mempunyai sifat mikroparasitik yaitu kemampuan untuk menjadi parasit
cendawan lain. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap
jenis-jenis cendawan fitopatogen. Trichoderma
spp. merupakan sejenis cendawan yang termasuk kelas ascomycetes, dan memiliki aktivitas antifugal yang tinggi. Trichoderma spp. dapat memproduksi enzim
litik dan antibiotik antifugal. Selain itu Trichoderma
spp. juga dapat berkompetisi dengan patogen dan dapat membantu pertumbuhan
tanaman, serta memiliki kisaran penghambatan yang luas karena dapat menghambat
berbagai jenis fungi. Trichoderma
spp. memproduksi metabolit seperti asam sitrat, etanol dan berbagai enzim
seperti urease, selulase, glukanase dan kitinase. Hasil metabolit ini
dipengaruhi kandungan nutrisi yang terdapat dalam media. Trichoderma spp. dapat memproduksi beberapa pigmen yang bervariasi
pada media tertentu seperti pigmen ungu yang dihasilkan pada media yang mengandung
amonium oksalat, dan pigmen jingga yang dihasilkan pada media yang mengandung
gelatin atau glukosa, serta pigmen merah pada medium cair yang mengandung
glisin dan urea. Saat berada pada kondisi yang kaya akan kitin, Trichoderma spp. memproduksi protein
kitinolitik dan enzim kitinase. Enzim ini berguna untuk meningkatkan efisiensi
aktivitas biokontrol terhadap patogen yang mengandung kitin.
Suhu
optimum untuk tumbuhnya Trichoderma
spp. berbeda-beda setiap spesiesnya. Ada beberapa spesies yang dapat tumbuh
pada temperatur rendah ada pula yang tumbuh pad temperatur cukup tinggi,
kisarannya sekitar 70C-410C. Trichoderma yang dikultur
dapat bertumbuh cepat pada suhu 25-300C, namun pada suhu 350C
cendawan ini tidak dapat tumbuh. Perbedaan suhu mempengaruhi produksi beberapa
enzim seperti karboksimetilselulase dan xilanase. Kemampuan merespon kondisi pH
dan kandungan CO2 juga bervariasi. Namun secara umum apabila
kandungan CO2 meningkat maka kondisi pH untuk pertumbuhan akan
bergeser menjadi semakin basa. Di udara, pH optimum bagi Trichoderma spp. berkisar antara 3-7. Faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan Trichoderma spp. adalah
kelembaban, sedangkan kandungan garam tidak terlalu mempengaruhi. Penambahan HCO3- dapat menghambat
mekanisme kerja Trichoderma spp.
Melalui uji biokimia diketahui bahwa dibandingkan sukrosa, glukosa merupakan
sumber karbon utama bagi Trichoderma
spp., sedangkan pada beberapa spesies sumber nitrogennya berasal dari ekstrak
khamir dan tripton.
Pada
Trichoderma spp. yang dikultur, morfologi
koloninya bergantung pada media tempat bertumbuh. Pada media yang nutrisinya
terbatas, koloninya tampak transparan, sedangkan pada media yang nutrisinya
lebih banyak koloninya dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk
dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa
spesies dapat diproduksi semacam bau seperti permen atau kacang. Klasifikasi Trichoderma spp. secara alami adalah
sebagai berikut :
Kerajaan
: Fungi
Divisi
: Ascomycota
Upadivisi
: Pezizomycotina
Kelas
: Sordariomycetes
Ordo
: Hypocreales
Famili
: Hypocreaceae
Genus
: Trichoderma
Cendawan marga Trichoderma spp. terdapat lima jenis yang mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan beberapa patogen yaitu Trichoderma
harzianum, Trichoderma koningii, Trichoderma viride, Trichoderma hamatum dan
Trichoderma polysporum. Trichoderma spp. memiliki konidiofor
bercabang-cabang teratur, tidak membentuk berkas, konidium jorong, bersel satu,
dalam kelompok-kelompok kecil terminal, kelompok konidium berwarna hijau biru. Trichoderma spp. juga berbentuk oval,
dan memiliki sterigma atau phialid tunggal dan berkelompok.
Reproduksi
dan Mekanisme Antifugal pada Trichoderma
Reproduksi
aseksual Trichoderma spp. menggunakan
konidia. Konidia terdapat pada struktur konidiofor. Konidiofor ini memiliki
banyak cabang. Cabang utama akan membentuk cabang. Ada yang berpasangan ada
yang tidak. Cabang tersebut kemudian akan bercabang lagi, pada ujung cabang
terdapat fialid. Fialid dapat berbentuk silindris, lebarnya dapat sama dengan
batang utama ataupun lebih kecil. Fialid dapat terletak pada ujung konidiofor
ataupun pada cabang utama. Konidia secara umum kering, namun pada beberapa
spesies dapat berwujud cairan yang berwarna hijau bening atau kuning. Bentuknya
secara umum adalah elips, jarang ditemukan bentuk globosa. Secara umum konidia
bertekstur halus. Pada Trichoderma
spp. juga ditemukan struktur klamidospora. Klamidospora ini diproduksi oleh
semua spesies Trichoderma spp.
Bentuknya secara umum subglobosa uniseluler dan berhifa. Pada beberapa spesies,
klamidosporanya berbentuk multiseluler. Kemampuan Trichoderma spp. dalam memproduksi klamidospora merupakan aspek
penting dalam proses sporulasi.
Pada sebuah
penelitian ditemukan bahwa Trichoderma
spp. merupakan salah satu jamur yang dapat menjadi agen biokontrol karena
bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama yang bersifat patogen.
Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat meliputi persaingan, parasitisme,
predasi, atau pembentukan toksin seperti antibiotik. Untuk keperluan
bioteknologi, agen biokontrol ini dapat diisolasi dari Trichoderma dan digunakan untuk menangani masalah kerusakan tanaman
akibat patogen. Kemampuan dan mekanisme Trichoderma
spp. dalam menghambat pertumbuhan patogen secara rinci bervariasi pada setiap
spesiesnya. Perbedaan kemampuan ini disebabkan oleh faktor ekologi yang membuat
produksi bahan metabolit yang bervariasi pula. Trichoderma spp. memproduksi metabolit yang bersifat volatil dan
non volatil. Metabolit non volatil lebih efektif dibandingkan dengan yang
volatil. Metabolit yang dihasilkan Trichoderma
spp. dapat berdifusi melalui membran dialisis yang kemudian dapat menghambat
pertumbuhan beberapa patogen. Salah satu contoh metabolit tersebut adalah
monooksigenase yang muncul saat adanya kontak antar jenis Trichoderma spp., dan semakin optimal pada pH 4. Ketiadaan
metabolit ini tidak akan mengubah morfologi dari Trichoderma namun hanya akan menurunkan kemampuan penghambatan
patogen.
Peranan
Trichoderma sebagai Pengendali
Penyakit pada Tanaman
Salah satu
mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan
biofungisida adalah jamur Trichoderma spp. Mikroorganisme ini adalah
jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan.
Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat
pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa
spesies Trichoderma spp. telah
dilaporkan sebagai agensia hayati seperti Trichoderma
Harzianum, Trichoderma Viridae, dan Trichoderma
Koningii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan
jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke
areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah
organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta
dapat berlaku sebagai biofungisida. Trichoderma spp. dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum,
Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dan lain-lain.
Sifat antagonis Trichoderma spp. meliputi tiga tipe :
1.
Trichoderma
menghasilkan sejumlah enzim ekstraseluler beta (1,3) glukonase dan kitinase
yang dapat melarutkan dinding sel patogen.
2.
Beberapa anggota Trichoderma
spp. menghasilkan toksin trichodermin. Toksin tersebut dapat menyerang dan
menghancurkan propagul yang berisi spora-spora patogen disekitarnya.
3.
Jenis Trichoderma
viridae menghasilkan antibiotik gliotoksin dan viridin yang dapat
melindungi bibit tanaman dari serangan penyakit rebah kecambah.
Seringkali
penyakit layu dan busuk pangkal batang pada tanaman disebabkan oleh jamur fusarium dan sulit dikendalikan dengan
fungisida kimia.
kalau dlm bentuk cairan ada gak ya?utk menjga kualitas air agar tetap baik
BalasHapusterima kasih bermanfaat. daftar pustakanya ada
BalasHapusmas?