Jika dilihat dari bulan
Januari hingga Agustus 2012, tren kasus ND dan AI secara umum menurun (grafik 3
dan 4). Berdasarkan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan tim Tech. Support
Medion selama ini, wabah AI menunjukkan pola berulang sepanjang tahun dengan
puncak penyebaran virus H5N1 pada saat curah hujan tinggi yaitu bulan Januari
sampai April, dan masa peralihan musim (pancaroba, red). Persentase kasus AI setiap
bulannya terlihat pada tabel 1. Kasus AI tersebut pun melanda hampir tiap
propinsi di Indonesia, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera
dan tertinggi kejadiannya di Sulawesi.
Berkaitan dengan ND,
sejak awal tahun 2011 kasus ND tinggi merebak di peternakan. Kasus yang
ditemukan pun menunjukkan bahwa virus yang dominan menyerang adalah virus ganas
(velogenic) meskipun program vaksinasi telah dilakukan sedemikian padat.
Medion yang berkerja sama dengan Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Mahardika, ahli
virologi dan biologi molekuler Universitas Udayana, sebelumnya telah melakukan
mapping virus ND dan menyimpulkan bahwa virus ND yang dominan bersirkulasi di
Indonesia tahun 2009-2010 termasuk ke dalam genotipe VIIB (G7B).
Menyikapi kondisi tersebut,
akhirnya di tahun 2012 vaksin ND yang berisi virus ND isolat lokal pun
diproduksi, salah satunya oleh Medion (Medivac ND G7B Emulsion), guna
mencegah serangan virus ND ganas tersebut. Baik ND maupun AI, bila dilihat dari
rangkuman data di atas kejadiannya di bulan Agustus semakin menurun. Namun
kemungkinan akan terjadi peningkatan kasus hingga akhir Desember dengan
pertimbangan bahwa akhir tahun mulai memasuki musim hujan dan hal itu merupakan
faktor predisposisi penyebaran virus penyakit.
Virus AI dan ND memiliki
karakteristik tidak stabil di lingkungan, terutama jika terpapar suhu panas
sehingga ketika musim kemarau kasusnya cenderung menurun, sementara di musim
hujan cenderung tinggi. Selain di musim hujan, saat pancaroba pun AI dan ND
wajib diwaspadai. Pergantian cuaca di musim pancaroba bisa menimbulkan stres
pada ayam. Akibatnya daya tahan tubuh ayam menurun sehingga bibit penyakit
dapat dengan mudah menyerang, termasuk virus AI dan ND.
Kasus ILT Meningkat
Signifikan
Melihat perkembangan
penyakit selama 2012 terutama pada ayam petelur, kita akan melihat bahwa
persentase kejadian ILT meningkat sangat signifikan dibanding tahun 2010 dan
2011, dan tertinggi terjadi di bulan Mei, yaitu saat memasuki masa pancaroba.
Kondisi stres dan kadar
amonia yang tinggi dalam kandang bisa menjadi pemicu timbulnya kasus ILT di
lapangan. Faktor lain seperti adanya umur yang berbeda dalam suatu lokasi
peternakan yang melakukan vaksinasi ILT secara heterogen dan status carrier
dari ayam yang pernah terserang ILT dalam waktu lama, menjadi alasan mengapa
ILT sulit untuk benar-benar dihilangkan. Penyakit ILT juga bisa berkomplikasi
dengan agen penyakit lain, misalnya CRD dan korisa.
Dalam melakukan
vaksinasi ILT pun berhasil atau tidaknya vaksinasi ditentukan oleh banyak
faktor, diantaranya berasal dari kondisi awal ayam yang akan divaksin, aplikasi
vaksinasi ILT, serta dosis vaksin tiap ekor ayam. Reaksi post vaksinasi
yang muncul setelah vaksinasi ILT juga perlu diperhatikan. Reaksi post
vaksinasi ILT wajar terjadi dan akan hilang dalam waktu 7-10 hari. Namun jika
berlebihan, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor di atas.
Aspergillosis dan Mikotoksikosis Kembali Merebak
Tren mengenai mulai meningkatnya kasus aspergillosis dan mikotoksikosis,
baik pada ayam petelur maupun pedaging akan memberikan perhatian tersendiri
bagi peternak. Artinya manajemen penyimpanan ransum yang baik di peternakan
perlu diterapkan lebih maksimal. Bukan hanya peternak self mixing (mencampur
ransum sendiri) yang harus waspada, peternak ayam pedaging pun yang biasa
menggunakan ransum jadi perlu ikut hati-hati. Alasannya karena ternyata banyak
pula ransum jadi yang akibat disimpan dengan kondisi “seadanya” bisa menjadi
media yang ideal bagi jamur untuk tumbuh dan menghasilkan racun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar