Jumat, 28 Desember 2012

Tetap Waspada ND dan AI






Jika dilihat dari bulan Januari hingga Agustus 2012, tren kasus ND dan AI secara umum menurun (grafik 3 dan 4). Berdasarkan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan tim Tech. Support Medion selama ini, wabah AI menunjukkan pola berulang sepanjang tahun dengan puncak penyebaran virus H5N1 pada saat curah hujan tinggi yaitu bulan Januari sampai April, dan masa peralihan musim (pancaroba, red). Persentase kasus AI setiap bulannya terlihat pada tabel 1. Kasus AI tersebut pun melanda hampir tiap propinsi di Indonesia, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan tertinggi kejadiannya di Sulawesi.
Berkaitan dengan ND, sejak awal tahun 2011 kasus ND tinggi merebak di peternakan. Kasus yang ditemukan pun menunjukkan bahwa virus yang dominan menyerang adalah virus ganas (velogenic) meskipun program vaksinasi telah dilakukan sedemikian padat. Medion yang berkerja sama dengan Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Mahardika, ahli virologi dan biologi molekuler Universitas Udayana, sebelumnya telah melakukan mapping virus ND dan menyimpulkan bahwa virus ND yang dominan bersirkulasi di Indonesia tahun 2009-2010 termasuk ke dalam genotipe VIIB (G7B).
Menyikapi kondisi tersebut, akhirnya di tahun 2012 vaksin ND yang berisi virus ND isolat lokal pun diproduksi, salah satunya oleh Medion (Medivac ND G7B Emulsion), guna mencegah serangan virus ND ganas tersebut. Baik ND maupun AI, bila dilihat dari rangkuman data di atas kejadiannya di bulan Agustus semakin menurun. Namun kemungkinan akan terjadi peningkatan kasus hingga akhir Desember dengan pertimbangan bahwa akhir tahun mulai memasuki musim hujan dan hal itu merupakan faktor predisposisi penyebaran virus penyakit.
Virus AI dan ND memiliki karakteristik tidak stabil di lingkungan, terutama jika terpapar suhu panas sehingga ketika musim kemarau kasusnya cenderung menurun, sementara di musim hujan cenderung tinggi. Selain di musim hujan, saat pancaroba pun AI dan ND wajib diwaspadai. Pergantian cuaca di musim pancaroba bisa menimbulkan stres pada ayam. Akibatnya daya tahan tubuh ayam menurun sehingga bibit penyakit dapat dengan mudah menyerang, termasuk virus AI dan ND.

Kasus ILT Meningkat Signifikan
Melihat perkembangan penyakit selama 2012 terutama pada ayam petelur, kita akan melihat bahwa persentase kejadian ILT meningkat sangat signifikan dibanding tahun 2010 dan 2011, dan tertinggi terjadi di bulan Mei, yaitu saat memasuki masa pancaroba.
Kondisi stres dan kadar amonia yang tinggi dalam kandang bisa menjadi pemicu timbulnya kasus ILT di lapangan. Faktor lain seperti adanya umur yang berbeda dalam suatu lokasi peternakan yang melakukan vaksinasi ILT secara heterogen dan status carrier dari ayam yang pernah terserang ILT dalam waktu lama, menjadi alasan mengapa ILT sulit untuk benar-benar dihilangkan. Penyakit ILT juga bisa berkomplikasi dengan agen penyakit lain, misalnya CRD dan korisa.
Dalam melakukan vaksinasi ILT pun berhasil atau tidaknya vaksinasi ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya berasal dari kondisi awal ayam yang akan divaksin, aplikasi vaksinasi ILT, serta dosis vaksin tiap ekor ayam. Reaksi post vaksinasi yang muncul setelah vaksinasi ILT juga perlu diperhatikan. Reaksi post vaksinasi ILT wajar terjadi dan akan hilang dalam waktu 7-10 hari. Namun jika berlebihan, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor di atas.
 
Aspergillosis dan Mikotoksikosis Kembali Merebak
Tren mengenai mulai meningkatnya kasus aspergillosis dan mikotoksikosis, baik pada ayam petelur maupun pedaging akan memberikan perhatian tersendiri bagi peternak. Artinya manajemen penyimpanan ransum yang baik di peternakan perlu diterapkan lebih maksimal. Bukan hanya peternak self mixing (mencampur ransum sendiri) yang harus waspada, peternak ayam pedaging pun yang biasa menggunakan ransum jadi perlu ikut hati-hati. Alasannya karena ternyata banyak pula ransum jadi yang akibat disimpan dengan kondisi “seadanya” bisa menjadi media yang ideal bagi jamur untuk tumbuh dan menghasilkan racun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar